Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


Jumat, 19 April 2013

Riwayat Siddharta Gautama


1.      Kehidupan Sang Buddha
Saat bulan purnama pada bulan Mei tahun 623 SM di Taman Lumbini, Kapilavatu (Nepal) lahir lah pangeran keturunann dari raja Suddhodana dan Maha Pajapati Gotami . namun ibu nya wafat setelah tujuh hari kelahirannya.ratu Maha Maya adalah ibu tiri nya. Rakyat sangat gembira atas kedatangannya, begitu juga dengan Asita, Kaladevala. Pangeran ini diberi nama Siddharta Gotama.
Saat ada perayaan membajak sawah, pangeran siddharta ikut menghadiri, namun ketika ia di tinggalkan oleh pelayan-pelayannya untuk melihat perayaan beliau melakukan tapa (bertapa) dibawah pohon jambu. Orang-orang tercengang melihat itu, termasuk ayahnya.
Saat usia 16 tahun pangeran menikah dengan sepupunya, Yasodhara. Setelah 13 tahun menikah, ia meninggalkan kehidupannya yang serba mewah, karena ia merasa di tengah kesenangan dan kemakmuran, beliau menyadari adanya penderitaan.
Dalam usia 29 tahun, pangeran Siddharta melaksanakan perjalanan bersejarah. Ia pergi menyebrangi sungai Anoma dan mencukur rambut, dan melepaskan semua perhiasannya, dan di berikan kepada Channa (yang menemani perjalanannya) karena ia akan  pergi bertapa.
Saat menggembara ia bertemu dengan Alara Kalama (seorang pertapa terkenal). Lalu Siddharta meminta Kamala untuk menjadi guru spiritualnya, dan mengajarkan spritualitas kepadanya. Setelah mencapai kebenaran tertinggi Siddharta meninggalkan Kamala, dan mencara guru spirituallain, karena ia merasa telah dapat mencapai apa yang dicapai gurunya, Kamala.
Kali ini ua bertemu dengan Uddaka Ramaputta dan menyatakan keinginannya untuk menjadi muridnya. Dalam waktu yang singkat, Siddharta dapat mencapai tingkat tertinggi pemusatan pikiran, alam yang bukan persepsi ataupun tidak bukan persepsi (‘N’eva Sanna N’asannayatana). Ia tetap merasa bahwa yang ia cari, kesunyatan tertinggi belum tercapai. Ia mencari cita-cita tertinggi, yaitu Nibbana. Ia menyadari bahwa cita-cita spiritualnya (kesunyataan tertinggi) harus ditemukan dalam diri sendiri, serta berhenti mencari bantuan dari luar.
Setelah itu ia berpindah ke hutan belukarditepi sungai, di daerah Uruvela. Ia memutuskan untuk bermeditasi disana.  Mendengar kabar Siddharta bertapa disana, Kondanna bersama dengan empat temannya (Bhaddiya, Vappa, Mahanama, Assaji) bergabung dengannya, dan menjadi murid Siddharta.
Siddharta sering mengubah-ubah cara untuk  memusnahkan pikiran-pikiran yang tidak baik. Dari merapatkan gigi dan menekan lidah pada langit-langit, berubah untuk bermeditasitanpa bernapas, dan berubah lagi menjadi pantang makan, dan makan sedikit demi sedikit.[1]
Pada suatu malam, Siddharta pingsan, dan ditolong oleh muridnya. Ia sadar bahwa cara-cara yang digunakannya (tidak makan) membawa ke pembebasan dan penderitaan pada kebahagiaan sejati. Maka cara itu ditinggalkan, dan ia hidup dengan makan, minum, dan tidur pada waktu-waktu tertentu. Cara-cara baru itu membuatnya ditinggalkan murid-muridnya. Sejak saat itu, ia melatih dirinya untuk menguasai keinginan terhadap kenikamata dan rangsangan indera, disamping mengembangkan kekuatan batin.[2]
2.      Sang Buddha mendapat penerangan tertinggi
Pada suatu malam dibawah pohon Bodhi, ia melakukan meditasi dengan kesadaran yang dipusatkan pada pernapasan. Setelah itu Siddharta mendapatkan pengetahuan tertinggi, yaitu:
a.       Pengetahuan tentang kehidupan dan proses kelahiran yang terdahulu, atau pengetahuan tentang kelahi8ran kembali (pubbenivasanussasti)
b.      Pengetahuan dari mata dewa atau mata batin (dibacakku)
c.       Pengetahuan bahwa timbul dan lenyapnya bentuk-bentuk dari berbagai macam kehidupan, yang baik maupun ayang buruk, tergantung dari perbuatan masing-masing (cuti upapatana)
d.      Pengetahuan tentang padamnay semua kecenderungan (asvakha yanana) dan menghilangkan ketidak-tahuan (avidya).
Dengan pengetahuannya tersebut, ia dapat menjawab teka-teki nya selama ini (tercantum dalam kesunyatan): penderitaan, sumber penderitaan, lenyapnya penderitaan, delapan jalan utama yang menuju lenyapnya penderitaan. Dengan tercapainya penerangan tersebut ia mendapatka penerangan sejati, dan menjadi Buddha pada usia 35 tahun. Dengan begitu, ia terus melakukan perenungan secara lebih dalam. Ia terus duduk di bawah pohon bodhi. Selanjutnya ia menetap selama 7 minggu di sana, dan berpindah 7 kali. Pada hari terakhir, ia diberi makanan oleh Tapussa dan Bhalluka dan memohon menjadi muridnya. Dan mereka menjadi pengikutnay yang pertama.[3]
3.      Sang Buddha mengajarkan Dharma
Setelah ia berdiam, maka timbullah pikiran untuk mengajarkan darma yang didapatnya, dengan tujuan untuk menyelamatkan dunia. Lalu ia mengajarkan darma nya itu kepada ke lima bekas muridnya. Maka diajarkannya lah empat kesunyataan mulia yang diperolehnya itu kepada mereka.
Peristiwa tersebut mempunyai arti yang sangatv penting bagi umat Buddha, disebut dengan dharma cakra pravartana sutra atau pemutaran roda dharma, yang selalu diperingati setiap tahun. Setelah itu, ia mengajarkan pemutaran roda dharma tersebut ke seluruh India, di mulai dari Rajagraha. Selama 45 tahun ia berdakwah, anggota Sangha meningkat hingga ribuan, dan memerlukan wihara-wihara yang lebih banyak.
Pada usia 80 tahun, ia wafat di Kusiwara.[4]



[1] Mahatera, Bhante Narada, Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya, (Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama), jil. I, 1973, h. 1-20
[2] Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press), cet. l, 1988, h. 108-109
[3] Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press), h. 109-110
[4] Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press), h. 111-112


Share This :

1 komentar:

  1. artikel ini perlu di koreksi ulang,dan rekan sedharma dapat membandingkan dg riwayat sang buddha yg sebenarnya dari kitab buddha dan lebih lengkap.

    BalasHapus