Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


Jumat, 19 April 2013

Meditasi



   
A.    Pengertian Meditasi
Meditasi adalah pendekatan psikologis untuk pengembangan, pelatihan , dan pemurnian pikiran. Meditasi merupakan jalan yang lembut untuk menundukkan kekotoran yang mencemari batin.[1] Dalam bahasa Pali atau Sansekerta, meditasi disebut sebagai Samadhi. Dalam percakapan antara Bhikkhu Dahammadinna dan Upasika Visakha (Majjhima Nikaya I.301) Samadhi diartikan sebagai ‘keadaan batin dan cara melihat batin’. Visakha bertanya : “Apa itu Samadhi?” Bhikkhu menjawab: “ Samadhi adalah cittassa ekaggata (pikiran terpusat)”. Setiap orang yang melaksanakan bhavana memerlukan objek. Objek meditasi merupakan alat Bantu yang mengarahkan pikiran seseorang agar cepat terpusat, sehingga demikian kemajuan batin agar dapat berproses dengan baik. Objek meditasi yang digunakan oleh seseorang harus sesuai dengan wataknya (carita) agar ia mudah memusatkan pikiran. Apabila objek meditasi tidak sesuai dengan carita, maka pemusatan pikiran sangat sulit atau lambat sekali untuk dapat tercapai. Hal ini bagaikan orang yang mengambil jurusan bahasa namun belajar matematika.
Ada 40 macam objek meditasi yang dapat digunakan oleh umat Buddha.
1    )     Objek meditasi yang sesuai dengan Ragacarita adalah 10 Asubha (menjijikkan atau tidak indah) dan Kayagatasati. Dalam meditasi asubha adalah objek meditasi yang berupa mayat, yaitu kita melihat sepuluh tahap kehancuran mayat, dari mayat baru, membengkak, pecah, bernanah, berbelatung dan seterusnya hingga menjadi tengkorak. Sedangkan Kayagatasati adalah perhatian yang diarahkan pada jasmani. Kita memperhatikan bahwa jasmani ini tidak indah karena sesungguhnya tubuh kita hanya terbungkus oleh kulit, bila tubuh kita dibuka maka tubuh kita ini tidak akan menarik, maka tidak perlu jasmani ini untuk mencapai kesucian batin.
2   )      Objek meditasi untuk Dosacarita ada 8 buah, yaitu 4 kasina warna (merah, putih, biru, kuning) dan 4 apamanna (brahma vihara) yaitu metta, karuna, mudita dan upekkha.
3   )     Objek meditasi bagi mohacarita dan vittakacarita adalah memperhatikan pernapasan (Anapanasati) yaitu memperhatikan keluar dan masuknya nafas dan pikiran kita hanya bertugas memperhatikan hal ini saja tanpa memberikan komentar apapun.
4  )     Objek meditasi saddhacarita adalah 6 perenungan (Anussati), yaitu perenungan tentang Buddha, Dhamma, Sangha, Sila, Caga dan Devata.
5 )     Objek meditasi bagi Buddhicarita ada 4 buah yaitu, maranasati (perhatian pada kematian) Upasamanusati ( perenungan tentang ketenangan ) Aharepatikkulasama (perenungan atau berkesan bahwa makanan adalah menjijikkan) dan Catudhatu Vavatthana (Analisis 4 unsur yang bentuk tubuh)
6  )     Objek meditasi untuk sabbacarita ada 10 buah, yaitu 6 kasina dan 4 arupa. Enam kasina : Pathavi (zat padat), Apo (Zat cair), Tejo (Zat panas, api), Vayo (Zat udara, angin), Akasa (tuang) dan Aloka (sinar). Sedangkan  4 arupa (Akasananca, Vinnanancayatana, Akincannayatana dan Neva sannanasannayatana) merupakan objek meditasi bagi mereka yang telah sukses mencapai rupa jhana dan berkeinginan untuk mengembangkan arupa jhana.
B. Cara Meditasi
1.        Waktu meditasi yang tepat adalah  bila jasmani kita segar, semua pekerjaan telah selesai, gangguan fisik dan batin  tidak ada.
2.        Meditasi dapat dilaksanakan pada pagi hari (pkl. 04.00 – 07.00) dan malam hari (pkl. 17.00 - 22.00).
3.        Jadi  waktu dalam berlatih meditasi sebaiknya dilakukan setiap hari dalam waktu yang sama secara teratur dan terus menerus (continue).
4.        Sang Buddha mengajarkan 4 cara bermeditasi yaitu : 
    a.    Meditasi dengan cara duduk
Meditasi dengan cara ini biasanya dilakukan bagi pemula dan tingkat lanjut. Caranya duduk bersila (padmasana) badan tegak tetapi rilek, sebaiknya tidak bersandar pada dinding atau sandaran lain, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran dipusatkan pada obyek yang dipilih.
     b.    Meditasi dengan cara berdiri.
Berdiri dengan kaki sedikit renggang, kedua tangan didepan dada, tangan kanan memegang tangan kiri, usahakan dapat menjaga keseimbangan tubuh supaya batin tenang, pikiran berkonsentrasi pada obyek yang dipilih.
    c.    Meditasi dengan cara berjalan
Meditasi berjalan disebut cankamana. Meditasi ini dapat dipraktikkan dengan beberapa cara, antara lain:
       Ø  Berjalan denganmenghitung langkah kaki
    Ø  Berjalan dengan menyadari langkah maju, mundur, kekiri, kekanan. Menghitung langkah kaki kanan melangkah atau menyadari kaki kiri melangkah dst.
      Ø  Berjalan dengan menggunankan obyek meditasi nimitta (bayangan) tubuh kita sendiri.
    d.    Meditasi dengan cara berbaring.
Berbaring dengan posisi tubuh miring kekanan atau kekiri (kaki kanan/kiri diatas) seperti posisi tubuh Sang Buddha ketika parinibbana (wafat), kaki lurus, kepala ditopang dengan tangan kanan/kiri, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran terpusat pada obyek meditasi yang dipilih.[2]
Tiga puluh enam objek merupakan dasar untuk mencapai Rupa Jhana. Sedangkan empat objek Arupa hanya digunakan setelah seorang sukses mencapai Rupa Jhana IV dan berkeinginan melanjutkan meditasinya agar mencapai Arupa Jhana.[3]
    B.     Tingkat Meditasi
1.        Tingkat Samadhi, terdiri dari:
a.    Meditasi Permulaan (Parikamma Samadhi)
b.    Meditasi mendekati Pencapaian (Upacara Samadhi)
c.    Meditasi Tercapai (Appana Samadhi)

Keterangan :
a.    Ketika pikiran mulai dipusatkan pada sebuah obyek yang dipilih sesuai dengan carita, maka meditasi permulaan ini disebut Parikamma Samadhi.

b.    Jika pikiran untuk sementara telah bebas dari kekacauan,atau pikiran tidak tergoyahkan, hal ini disebut Upacara Samadhi.

c.    Apabila keadaan ini dapat dipertahankan terus, walaupun dengan perlahan tapi pasti  hingga pemusatan pikiran benar-benar tidak tergoyahkan, maka hal ini disebut Appana Samadhi.

2.        Pencapaian Appana Samadhi berarti Rupa Jhana I telah tercapai.[4]

     C.     Macam-Macam Meditasi
Ada dua jenis meditasi yaitu meditasi ketenangan (samathā) dan pandangan terang (vipassanā).[5]
1.      Meditasi untuk mencapai ketenangan
Bermeditasi pada sepuluh alat bantu (kasina) hanya menimbulkan ketenangan, bukan pandangan terang. Bermeditasi pada sepuluh hal yang menjijikkan (misalnya, mayat yang membengkak) hanya menimbulkan ketenangan, bukan pandangan terang. Sepuluh perenungan, seperti perenungan terhadap Sang Buddha atau Dhamma, juga hanya menimbulkan ketenangan, bukan pandangan terang. Bermeditasi pada tiga puluh dua bagian tubuh seperti rambut, kuku, gigi, dan kulit, juga tidak dapat menimbulkan pandangan terang. Hal ini hanya dapat mengembangkan konsentrasi.[6]
2.      Meditasi untuk mencapai pandangan terang (Vipassana)
Memungkinkan seorang calon mencapai kesucian untuk menghancurkan semua kekotoran yang ditenangkan oleh Samadhi. Pada mulanya ia mengembangkan pandangan yang bersih (ditthivisuddhi) dan melihat atas segala sesuatu sebagai mereka seadanya. Dengan pikiran terpusat ia menganalisa dan menguji apa yang ia sebut makhluk. Pengujian in8i menunjukkan apa yang ia sebut dengan aku., hanyalah perpaduan kompleks dari batin dan jasmani yang selalu dalam keadaan mengalir.[7]
Ketika anda bermeditasi terhadap empat unsur (dhatu) di dalam tubuh anda, hal ini dinamakan analisa terhadap empat unsur. Walaupun hal ini mengembangkan konsentrasi, ini juga membantu mengembangkan pandangan terang. Keseluruhan empat puluh obyek meditasi ini digunakan untuk mengembangkan konsentrasi. Hanya pernafasan (anapanassati) dan analisa terhadap empat unsur (dhatu) yang digunakan untuk mengembangkan pandangan terang. Obyek-obyek yang lain tidak akan menimbulkan pandangan terang untuk mendapatkan pandangan terang, anda harus berusaha lebih jauh.[8]


[1] Dhammananda, Sri, Keyakinan Umat Buddha, Kuala Lumpur: Ehipassiko Foundation, Cet ll, 2012, h. 288-294
[2] Pak Dyon, Kumpulan Materi Agama Buddha, diakses pada 15 april 2013, dari http://pak-diyon.blogspot.com/2012/01/cara-meditasi.html
[3] Bu Guru Kecil, Pengertian Meditasi, Diakses pada 15 April 2013, dari http://khemakalyani.blogspot.com/2011/01/pengertian-meditasi.html
[4] Pak Dyon, Kumpulan Materi Agama Buddha, diakses pada 15 april 2013, dari http://pak-diyon.blogspot.com/2012/01/cara-meditasi.html
[5] Samaggi Phala.or.id, Dasar-Dasar Meditasi Vipassana, diakses pada 13 April 2013, dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/dasar-dasar-meditasi-vipassana/
[6] Buddhakketta, Meditasi Samatha dan Vipassana, diakses pada 19 April 2013, dari http://www.buddhakkhetta.com/User/Kat7/Sub31/Sub203/Art212/baca.php?com=1&id=212
[7] Mahatera, Narada, Sang Buddha dan Ajarannya, Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arema, jilid ll, hal. 217-218
[8] Buddhakketta, Meditasi Samatha dan Vipassana, diakses pada 19 April 2013, dari http://www.buddhakkhetta.com/User/Kat7/Sub31/Sub203/Art212/baca.php?com=1&id=212
Read more

Pengertian Saddha dan Panca Saddha



Saddha
Saddha atau Sradha mempunyai arti kata Keyakinan. Keyakinan disini bukan berarti kepercayaan yang membabi buta atau asal percaya saja, akan tetapi suatu "Keyakinan yang didasarkan pada pengertian yang muncul karena bertanya dan menyelidiki" ( Vimamsaka Sutta, MN)

Keyakinan itu muncul karena pengertian, maka keyakinan umat Buddha pada sesuatu yang diyakini adalah tidak sama kualitasnya. Tidak ada pengertian yang sama dari orang yang berbeda-beda, akibatnya kualitas keyakinan setiap individu berbeda. Contohnya : Walaupun sama-sama siswa SMA beragama Buddha, namun karena pengetahuan dan pengertian seorang siswa tentang agama Buddha tidak sama dengan temannya, maka hal ini mengakibatkan kualitas keyakinan mereka berbeda.

Sumber keyakinan umat Buddha adalah dari Ajaran-ajaran Buddha Gotama yang tercantum didalam Kitab Tipitaka, antara lain yaitu :

1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Tiratana atau Triratna
3. Dewa
4. Bodhisatta atau Bodhisattva
5. Arahat atau Arhat
6. Buddha[1]
Panca saddha
1.      Keyakinan terhadap Adhi Buddha
AdiBuddha adalah salah satu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Sebutan ini berasal dari tradisi Aisvarika dalam aliran Mahayana di Nepal, yang menyebar lewat Benggala, hingga dikenal pula di Jawa. Sedangkan Aisvarika adalah sebutan bagi para penganut paham ketuhanan dalam agama Budha. Kata ini berasal dari ‘Isvara’ yang berarti ‘Tuhan’ atau ‘Maha Buddha’ atau ’Yang Mahakuasa’, dan ‘ika’ yang berarti ‘penganut’ atau ‘pengikut’.
2.      Keyakinan terhadap para Buddha, Bodhisatva, dan Arahat
Boddhisattva adalah calon Buddha atau seorang yang bercita-cita dan bertekad untuk menjadi Buddha, dengan menyempurnakan paramita.
Arahat adalah seorang pemeluk agama Buddha yang telah terbebas belenggu tanha (hawa nafsu), dengan jalan mencapai penerangan sempurna. Juga disebut siswa Sang Buddha, karena ketekunan dan keyakinannya melaksanakan ajaran sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih dalam sila, samadhi dan panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua kekotoran batin dan mencapai tingkat kesucian tertinggi.[2]


[1] Vajra Mudra, Saddha, diakses pada 20 maret 2013, dari http://www.wihara.com/forum/ruang-dharma/4834-pbd-bab-iii-saddha-keyakinan.html
[2] Buddhaism for breakfast, Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://buddhaismforbreakfast.edublogs.org/2012/05/23/buddha-dharma/
Read more

Buddha, Dharma, Triratna




Buddha
Berasal dari bahasa Sansekerta budh berarti menjadi sadar,
kesadaraan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati,
mematuhi. (Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary,
Oxford University Press, London, 1965).
Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan atau
Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam
Semesta. "Hyang Buddha" adalah seorang yang telah mencapai Penerangan
Luhur, cakap dan bijak menuaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh
Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai Nirvana serta mengumumkan doktrin
sejati tentang kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirvana.
Hyang Buddha yang berdasarkan Sejarah bernama Shakyamuni pendiri
Agama buddha. Hyang Buddha yang berdasarkan waktu kosmik 1) ada
banyak sekali dimulai dari Dipankara Buddha.[1]

Dharma
Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan dengan
ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
1. Doktrin
2. Hak, keadilan, kebenaran
3. Kondisi
4. Barang yang kelihatan atau phenomena.
Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan
berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari
kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan
ketidakpuasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian,
filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila,
etika, dan sebagainya.[2]

Triatna
Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengucapkan
Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma,
Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang
Buddha. Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk
sampai tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai
berikut:
Bahasa sansekerta:
Buddhang Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami
Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Lalu, apa itu Sangha?
Sangha adalah Persaudaraan para bhiksu, bhiksuni (pada waktu permulaan terbentuk).
Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggotanya
selain para bhiksu, bhiksuni, dan juga para umat awam yang telah
upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tidak-tanduknya
untuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan
Pancasila Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.

Bhiksu (sebutan untuk lelaki) dan bhiksuni (sebutan untuk perempuan)
adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri urusan
duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia
menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma.[3]


[1] Dhamma Citta, Pengertian Dasar Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1181.0
[2] Dhamma Citta, Pengertian Dasar Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1181.0
[3] Dhamma Citta, Pengertian Dasar Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1181.0
Read more