Meditasi adalah pendekatan psikologis untuk pengembangan, pelatihan
, dan pemurnian pikiran. Meditasi merupakan jalan yang lembut untuk menundukkan
kekotoran yang mencemari batin.[1] Dalam bahasa Pali atau Sansekerta, meditasi
disebut sebagai Samadhi. Dalam percakapan antara Bhikkhu Dahammadinna
dan Upasika Visakha (Majjhima Nikaya I.301) Samadhi diartikan sebagai ‘keadaan
batin dan cara melihat batin’. Visakha bertanya : “Apa itu Samadhi?” Bhikkhu
menjawab: “ Samadhi adalah cittassa ekaggata (pikiran terpusat)”. Setiap
orang yang melaksanakan bhavana memerlukan objek. Objek meditasi merupakan alat
Bantu yang mengarahkan pikiran seseorang agar cepat terpusat, sehingga demikian
kemajuan batin agar dapat berproses dengan baik. Objek meditasi yang digunakan
oleh seseorang harus sesuai dengan wataknya (carita) agar ia mudah memusatkan
pikiran. Apabila objek meditasi tidak sesuai dengan carita, maka pemusatan
pikiran sangat sulit atau lambat sekali untuk dapat tercapai. Hal ini bagaikan
orang yang mengambil jurusan bahasa namun belajar matematika.
Ada
40 macam objek meditasi yang dapat digunakan oleh umat Buddha.
1 )
Objek meditasi yang sesuai dengan Ragacarita adalah 10 Asubha
(menjijikkan atau tidak indah) dan Kayagatasati. Dalam meditasi asubha adalah
objek meditasi yang berupa mayat, yaitu kita melihat sepuluh tahap kehancuran
mayat, dari mayat baru, membengkak, pecah, bernanah, berbelatung dan seterusnya
hingga menjadi tengkorak. Sedangkan Kayagatasati adalah perhatian yang
diarahkan pada jasmani. Kita memperhatikan bahwa jasmani ini tidak indah karena
sesungguhnya tubuh kita hanya terbungkus oleh kulit, bila tubuh kita dibuka
maka tubuh kita ini tidak akan menarik, maka tidak perlu jasmani ini untuk
mencapai kesucian batin.
2 )
Objek meditasi untuk Dosacarita ada 8 buah, yaitu 4 kasina warna
(merah, putih, biru, kuning) dan 4 apamanna (brahma vihara) yaitu metta,
karuna, mudita dan upekkha.
3 )
Objek meditasi bagi mohacarita dan vittakacarita
adalah memperhatikan pernapasan (Anapanasati) yaitu memperhatikan keluar dan
masuknya nafas dan pikiran kita hanya bertugas memperhatikan hal ini saja tanpa
memberikan komentar apapun.
4 )
Objek meditasi saddhacarita adalah 6 perenungan (Anussati), yaitu
perenungan tentang Buddha, Dhamma, Sangha, Sila, Caga dan Devata.
5 )
Objek meditasi bagi Buddhicarita ada 4 buah yaitu, maranasati
(perhatian pada kematian) Upasamanusati ( perenungan tentang ketenangan ) Aharepatikkulasama
(perenungan atau berkesan bahwa makanan adalah menjijikkan) dan Catudhatu
Vavatthana (Analisis 4 unsur yang bentuk tubuh)
6 )
Objek meditasi untuk sabbacarita ada 10 buah, yaitu 6 kasina dan
4 arupa. Enam kasina : Pathavi (zat padat), Apo (Zat cair), Tejo (Zat panas,
api), Vayo (Zat udara, angin), Akasa (tuang) dan Aloka (sinar). Sedangkan
4 arupa (Akasananca, Vinnanancayatana, Akincannayatana dan Neva
sannanasannayatana) merupakan objek meditasi bagi mereka yang telah sukses mencapai
rupa jhana dan berkeinginan untuk mengembangkan arupa jhana.
B. Cara Meditasi
1.
Waktu meditasi yang tepat adalah bila jasmani kita segar, semua pekerjaan
telah selesai, gangguan fisik dan batin tidak ada.
2.
Meditasi dapat dilaksanakan pada pagi hari (pkl. 04.00 – 07.00) dan malam hari
(pkl. 17.00 - 22.00).
3.
Jadi waktu dalam berlatih meditasi sebaiknya dilakukan setiap hari dalam
waktu yang sama secara teratur dan terus menerus (continue).
4.
Sang Buddha mengajarkan 4 cara bermeditasi yaitu :
a.
Meditasi dengan cara duduk
Meditasi dengan cara
ini biasanya dilakukan bagi pemula dan tingkat lanjut. Caranya duduk bersila
(padmasana) badan tegak tetapi rilek, sebaiknya tidak bersandar pada dinding
atau sandaran lain, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran dipusatkan pada
obyek yang dipilih.
b.
Meditasi dengan cara berdiri.
Berdiri dengan kaki
sedikit renggang, kedua tangan didepan dada, tangan kanan memegang tangan kiri,
usahakan dapat menjaga keseimbangan tubuh supaya batin tenang, pikiran
berkonsentrasi pada obyek yang dipilih.
c.
Meditasi dengan cara berjalan
Meditasi berjalan
disebut cankamana. Meditasi ini dapat dipraktikkan dengan beberapa cara, antara
lain:
Ø Berjalan denganmenghitung langkah kaki
Ø Berjalan
dengan menyadari langkah maju, mundur, kekiri, kekanan. Menghitung langkah kaki
kanan melangkah atau menyadari kaki kiri melangkah dst.
Ø Berjalan
dengan menggunankan obyek meditasi nimitta (bayangan) tubuh kita sendiri.
d. Meditasi
dengan cara berbaring.
Berbaring dengan posisi
tubuh miring kekanan atau kekiri (kaki kanan/kiri diatas) seperti posisi tubuh
Sang Buddha ketika parinibbana (wafat), kaki lurus, kepala ditopang dengan
tangan kanan/kiri, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran terpusat pada
obyek meditasi yang dipilih.[2]
Tiga puluh enam objek
merupakan dasar untuk mencapai Rupa Jhana. Sedangkan empat objek Arupa hanya
digunakan setelah seorang sukses mencapai Rupa Jhana IV dan berkeinginan
melanjutkan meditasinya agar mencapai Arupa Jhana.[3]
B. Tingkat Meditasi
1. Tingkat Samadhi, terdiri
dari:
a. Meditasi Permulaan (Parikamma Samadhi)
b. Meditasi mendekati Pencapaian (Upacara Samadhi)
c. Meditasi Tercapai (Appana Samadhi)
Keterangan :
a. Ketika pikiran mulai dipusatkan pada sebuah obyek
yang dipilih sesuai dengan carita, maka meditasi permulaan ini disebut Parikamma
Samadhi.
b. Jika pikiran untuk sementara telah bebas dari
kekacauan,atau pikiran tidak tergoyahkan, hal ini disebut Upacara
Samadhi.
c. Apabila keadaan ini dapat dipertahankan terus,
walaupun dengan perlahan tapi pasti hingga pemusatan pikiran
benar-benar tidak tergoyahkan, maka hal ini disebut Appana Samadhi.
2. Pencapaian
Appana Samadhi berarti Rupa Jhana I telah tercapai.[4]
C.
Macam-Macam
Meditasi
Ada dua jenis meditasi yaitu meditasi ketenangan (samathā)
dan pandangan terang (vipassanā).[5]
1.
Meditasi
untuk mencapai ketenangan
Bermeditasi pada sepuluh alat bantu (kasina)
hanya menimbulkan ketenangan, bukan pandangan terang. Bermeditasi pada sepuluh
hal yang menjijikkan (misalnya, mayat yang membengkak) hanya menimbulkan
ketenangan, bukan pandangan terang. Sepuluh perenungan, seperti perenungan
terhadap Sang Buddha atau Dhamma, juga hanya menimbulkan ketenangan,
bukan pandangan terang. Bermeditasi pada tiga puluh dua bagian tubuh seperti
rambut, kuku, gigi, dan kulit, juga tidak dapat menimbulkan pandangan terang.
Hal ini hanya dapat mengembangkan konsentrasi.[6]
2.
Meditasi
untuk mencapai pandangan terang (Vipassana)
Memungkinkan seorang calon mencapai
kesucian untuk menghancurkan semua kekotoran yang ditenangkan oleh Samadhi.
Pada mulanya ia mengembangkan pandangan yang bersih (ditthivisuddhi) dan
melihat atas segala sesuatu sebagai mereka seadanya. Dengan pikiran terpusat ia
menganalisa dan menguji apa yang ia sebut makhluk. Pengujian in8i menunjukkan
apa yang ia sebut dengan aku., hanyalah perpaduan kompleks dari batin dan
jasmani yang selalu dalam keadaan mengalir.[7]
Ketika anda bermeditasi terhadap empat unsur (dhatu)
di dalam tubuh anda, hal ini dinamakan analisa terhadap empat unsur. Walaupun
hal ini mengembangkan konsentrasi, ini juga membantu mengembangkan pandangan
terang. Keseluruhan empat puluh obyek meditasi ini digunakan untuk
mengembangkan konsentrasi. Hanya pernafasan (anapanassati) dan analisa
terhadap empat unsur (dhatu) yang digunakan untuk mengembangkan
pandangan terang. Obyek-obyek yang lain tidak akan menimbulkan pandangan terang
untuk mendapatkan pandangan terang, anda harus berusaha lebih jauh.[8]
[1]
Dhammananda, Sri, Keyakinan Umat Buddha, Kuala Lumpur: Ehipassiko
Foundation, Cet ll, 2012, h. 288-294
[2] Pak
Dyon, Kumpulan Materi Agama Buddha, diakses pada 15 april 2013, dari http://pak-diyon.blogspot.com/2012/01/cara-meditasi.html
[3] Bu Guru
Kecil, Pengertian Meditasi, Diakses pada 15 April 2013, dari http://khemakalyani.blogspot.com/2011/01/pengertian-meditasi.html
[4] Pak
Dyon, Kumpulan Materi Agama Buddha, diakses pada 15 april 2013, dari http://pak-diyon.blogspot.com/2012/01/cara-meditasi.html
[5] Samaggi
Phala.or.id, Dasar-Dasar Meditasi Vipassana, diakses pada 13 April 2013,
dari http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/dasar-dasar-meditasi-vipassana/
[6]
Buddhakketta, Meditasi Samatha dan Vipassana, diakses pada 19 April 2013, dari http://www.buddhakkhetta.com/User/Kat7/Sub31/Sub203/Art212/baca.php?com=1&id=212
[7]
Mahatera, Narada, Sang Buddha dan Ajarannya, Jakarta: Yayasan Dhammadipa
Arema, jilid ll, hal. 217-218
[8]
Buddhakketta, Meditasi Samatha dan Vipassana, diakses pada 19 April 2013, dari http://www.buddhakkhetta.com/User/Kat7/Sub31/Sub203/Art212/baca.php?com=1&id=212